you're still young

by - Juni 15, 2023

Kebohongan kecil yang sengaja kamu ciptakan demi sebuah rasa nyaman dalam hubungan. Kamu ahli dalam memendam sebuah perasaan kecewa sendirian. 

Bertindak seolah-olah semua tuduhan yang dia lontarkan lewat tindakan, tidak membuatmu terpengaruh dan lantas kamu tetap mencintainya seperti hari pertama di mana kamu dan dia resmi menjadi sepasang kekasih. 

Ini bukan lagi kali pertama kamu menangis dan mulai mempertanyakan, apakah benar ini salahku? Apakah aku juga punya hak untuk mempertontonkan emosi yang aku punya? 

Berkat ulah mengarang dan akting yang entah dari siapa kamu pelajari, kamu ahli dalam bersikap baik-baik saja. Tapi aku ingin bertanya, adakah yang kamu dapat dari bertahan hanya karena alasan kamu takut ditinggalkan?

Perihal hatimu yang mungkin tidak lagi mencintainya seperti hari pertama kamu menganggapnya seorang kekasih, lalu mengapa kamu masih ada di sana? 

Kamu masih ada dan masih terus memujanya layaknya kekasih impian, namun aku bahkan tahu gulungan cemas yang kamu punya dalam kepala sudah mengakar menjalar hingga mulai memudarkan perasaan.

Jadi, apa yang kamu coba pertahankan dengan dia? Kalau ternyata alam bawah sadar kamu juga paham perihal kekecewaan terpendam yang berusaha kamu atasi sendirian. 

Kamu, di usia dua puluhan harus melakukan pentas sendirian, menulis naskah sendirian dan ironinya orang-orang hanya akan berkata; semangat saja, semua akan berlalu. Tanpa sebuah pelukan dan mereka akan kembali berpindah ke topik lain tanpa benar-benar memahami apa yang kamu rasa. 

Lantas, dirinya yang kamu sebut kekasih juga mulai bertindak jauh dari apa yang kamu sebut kekasih impian. Beberapa drama harus diakhiri dengan kamu yang meminta maaf dan sekali lagi kamu harus menekan dengan yakin perasaan terluka milikmu hanya karena kamu takut ditinggalkan. 

Bukankah yang kamu harapkan adalah sebuah hubungan yang akan membuatmu menjadi diri sendiri, lantas kenapa kamu harus terus menciptakan kebohongan kecil demi rasa nyaman dalam hubungan yang sedang kamu jalani? 

Kamu bahkan tidak keberatan untuk mulai memperluas batas-batas toleransi untuk semua kesalahannya yang kamu tahu bahwa itu sudah jauh dari apa yang kamu sebut batas sebelum kamu terjun dalam hubungan ini. 

Ironi dari semua ironi yang kamu alami adalah kamu mulai kehilangan dirimu sendiri tapi kepalamu terus saja mempertahankan ideologi bahwa kamu takut ditinggalkan. 

Untuk itu, aku berbelasungkawa atas usia dua puluhan yang kamu jalani ternyata jauh dari sesuatu yang pernah kamu mimpikan saat orang-orang dewasa mulai menaruh pemahaman bahwa hidup di usia dua puluhan itu sangatlah menyenangkan. 

Tetapi ini baru perihal kisah asmaramu. 

–Eka.

 


You May Also Like

0 comments