Bunga; Kupu-kupu

by - Juni 10, 2023



Naura sadar bahwa ada sesuatu yang terjalin antara dirinya dengan Januar Mahesa, sejak hari ulang tahunnya kala itu. Tidak, Janu belum menyatakan perasaan kepadanya atau meminta ia menjadi wanita pengisi hatinya. Belum sampai pada tahap itu, tapi bisakah Naura sedikit berharap mereka akan berlabuh ke arah yang seharusnya?

Ini bukan pertama kalinya Naura jatuh hati. Janu bukanlah laki-laki pertama yang begitu memikat hatinya. Tapi, Naura tidak menampik bahwa hanya Janu yang menerima segala kurangnya tanpa ba-bi-bu. 

Laki-laki itu bahkan tidak pernah bertanya mengapa Naura merokok atau mengapa Naura sering mengganti warna rambutnya. Janu hanya selalu bertanya, apakah harinya baik-baik saja? atau bagaimana jalan cerita novel yang baru saja ia beli kemarin. Dan, karena semua hal itulah Naura merasa lebih dihargai sebagai seorang Naura Cantika.

Pertama kalinya Naura tidak perlu menjelaskan alasan ia merokok atau berusaha mencari pengalihan saat ditanya mengenai warna rambutnya yang sering ganti dalam hitungan hari.

Janu ada di sana saat jiwanya butuh disemangati dan hatinya perlu diobati. Janu ada dan menyaksikan sendiri bagaimana seorang Naura menangis terisak hanya karena semua perasaan yang berusaha ia redam sendirian. Untuk kali ini saja, biarkan Naura mengemis pada semesta agar Janu benar-benar menjadi miliknya.

“Mikirin apa sampai segitunya?”

“Eh?”

“Mikirin apa raaa??”

"Gak ada kok, apaan sih”

“Dih, bohong banget”

Naura hanya memilih diam dibanding harus kembali menyahuti ucapan Janu. Karena Janu selalu tahu caranya membuat ia berkata jujur, meski yang ia inginkan juga adalah kejujuran akan kepastian perasaan mereka berdua. Namun Naura pikir, biarlah waktu yang bekerja.

“Habis ini mau makan di warung sate yang waktu itu gak?” tanya Janu saat langit benar-benar sudah gelap dan angin malam mulai menyapa mereka berdua. 

“Warung sate pak Udin?” sahut Naura tanpa menoleh. 

Janu hanya bergumam mengiyakan, laki-laki itu saat ini sedang sibuk melepas kemeja berbahan flanel yang ia gunakan sebagai penunjang outfit kerennya hari ini. Dengan sigap Janu memakaikan kemeja oversize itu kepada Naura yang hanya menggunakan crop top tanpa lengan. 

Sebenarnya Janu ingin sekali menyuruh Naura memakai sweater atau membawa sebuah blazer untuk berjaga-jaga jika sekiranya mereka berdua pulang larut malam. 

Namun, belum sempat kata itu terucap dari bibirnya, Naura dengan nada riangnya memamerkan bahwa crop top yang ia gunakan hari ini adalah hasil tangan kreatifnya yang membuat crop top berwarna putih gading itu penuh dengan hiasan lucu yang jelas menggambarkan keceriaan seorang Naura Cantika. 

“Janu, pasti love language kamu act of service kan?” celetuk Naura saat mereka berdua melangkah meninggalkan pantai yang sudah jadi tempat favorit mereka berdua menghabiskan waktu setiap sore. 

“Gak tau, kenapa emang?”

“Cowok dengan love language seperti itu keren tau!” seru Naura dengan semangat. 

“Jadi mantan kamu masih terlihat keren dong?”

“Mantan aku yang mana? ngaco kamu!”

Janu terdiam sesaat sebelum akhirnya menoleh menatap ke arah Naura yang sibuk memotret langit yang sudah gelap dan tanpa aba-aba laki-laki berparas manis itu sontak langsung menarik gadis mungil di hadapannya itu masuk ke dalam pelukannya. 

Naura tersentak, benar-benar tersentak sampai ia pun tidak sadar bahwa kamera yang ia pegang untuk memotret tadi, jatuh begitu saja. 

Hari sudah gelap dan meski pantai itu ramai pengunjung, tapi Janu yakin bahwa tak ada satupun orang yang tertarik melihat acara berpelukan mereka. 

Janu masih saja memeluk Naura, bahkan kedua tangan laki-laki itu benar-benar melingkar di pinggang gadis yang saat ini sedang berusaha meredam detak jantungnya. 

“Tau gak ra? sudah lama banget aku pengen meluk kamu kayak gini dan sekarang kesampaian.” Tutur Janu seraya mengeratkan pelukannya. 

Naura benar-benar tidak bisa menemukan di mana letak pita suaranya karena yang terjadi ia malah turut memeluk laki-laki bernama Januar Mahesa, laki-laki yang entah apa isi hati dan kepalanya sampai bisa secara tiba-tiba memeluknya. 

Tapi, Naura suka. Suka dengan tindakan penuh kejutan ala Janu. 

Kalau sudah seperti ini, bukankah sebaiknya mereka berdua menjadi sepasang kekasih saja?


–Bunga; Ombak; Senja


You May Also Like

0 comments